Kamis, 05 Mei 2011

PENJELASAN AL- QUR’AN TENTANG REVOLUSI BUMI


Disusun oleh : Rahmanhadiq

Pada penjelasan sebelumnya dari tulisan berjudul “ Al Qur’an dan Rotasi Bumi “, kita sudah menyimpulkan bahwa Al Qur’an sudah menjelaskan tentang bumi berotasi pada sumbunya, Bulan mengelilingi bumi selama 12 kali siklus dalam setahun sedangkan Matahari diam dan berotasi pada tempat yang sangat jauh dibandingkan jarak bumi dan bulan.

Pertanyaan selanjutnya adalah ; Apakah Bumi dan bulan juga mengelilingi Matahari atau sebaliknya?, Apakah ada ayat di dalam Al Qur’an yang menjelaskan atau memberi petunjuk tentang obit Bumi mengelilingi Matahari ?

Untuk menjawab pertanyaan diatas , sebaiknya kita mengamati fenomena pergerakan Matahari terlebih dahulu. Pertama-tama kita akan mengamati tempat terbenam dan terbitnya matahari selama setahun.

Posisi Matahari

Kalau kita amati posisi matahari terbenam , maka setiap bulannya akan terdapat perubahan tempat-tempat terbenamnya Matahari. Begitu juga dengan tempat-tempat terbitnya Matahari, akan selalu berpindah-pindah dari bulan ke bulan. Pada bulan Desember , kita akan menyaksikan Matahari berada pada posisi paling jauh ke arah Selatan, atau terbenamnya Matahari berada pada posisi paling di Selatan. Kemudian pada bulan-bulan berikutnya, Matahari bergeser secara perlahan-lahan menuju ke tengah (khatulistiwa), tepatnya pada bulan Maret (tgl 22 ), Matahari akan berada di posisi paling tengah. Setelah itu, pada bulan berikutnya , Matahari terus bergerak ke arah Utara. Posisi Matahari paling Utara terjadi pada bulan Juni (tgl 21). Dari posisi paling Utara ini, Matahari kembali bergerak ke arah tengah (khatulistiwa), tepatnya pada bulan September (tgl 22), Matahari kembali berada pada posisi paling tengah (persis sama dengan posisi Matahari pada Bulan Maret tanggal 22 diatas ). Kemudian Matahari bergerak lagi menuju Selatan, sehingga kembali pada posisi di Bulan Desember (tgl 22). Jadi selama setahun, Posisi terbenam atau terbitnya Matahari , akan terjadi 3 posisi Ektrim atau Istimewa. Yaitu 2 kali berada pada posisi tengah, sekali pada posisi Selatan dan sekali posisi Utara.

Sekiranya kita belum hidup pada zaman sain moderan sekarang ini, sekiranya kita masih hidup pada zaman dimana sistim penanggalan belum ada, maka tentu saja kita akan sangat kesulitan dalam menentukan posisi dimana Matahari berada di Utara , Selatan atau Khatulistiwa tersebut. Sekiranya kita kembali kezaman dimana sistim penanggalan belum ada, maka tentu saja kita tidak dapat menentukan tanggal dimana posisi ektrim matahari berada. Anggaplah kita masih berada pada zaman purba, maka untuk itu kita hanya dapat mengamati perubahan posisi Matahari dari arah bayangan tubuh kita atau tonggak kayu yang kita pancangkan tegak lurus di atas tanah. Anggap saja kita hidup pada Zaman Nabi Ibrahim di daerah Palestina atau Arab (daerah sekitar khatulistiwa).

Bayang-bayang dan Posisi Matahari

Pertama-tama yang dapat kita amati langsung dari pagi sampai sore adalah panjang pendeknya bayangan kita. Hal ini disebabkan oleh perubahan arah cahaya matahari dari posisi dia terbit hingga dia terbenam. Kalau kita menghadap ke arah terbit atau terbenamnya Matahari, maka kita akan menyaksikan bahwa selama lebih kurang 6 bulan banyangan kita akan condong ke kiri dan sebaliknya untuk 6 bulan berikutnya akan condong ke kanan. Dalam jangka waktu satu tahun , kita dapat melihat posisi bayangan kita berada sebanyak 2 kali di tengah-tengah, satu kali sebelah kanan dan satu kali di sebelah kiri. Cara ini sama saja kalau kita mengamati posisi matahari terbit atau tenggelam, seperti yang telah diterangkan pada zaman modern di atas.



Al Qur’an dan Bayang-banyang

Di dalam Al Qur’an, Allah SWT beberapa kali menyuruh manusia untuk mengamati dan mempelajari fenomena mengenai posisi Matahari tersebut. Cara yang paling mudah mengamati posisi matahari adalah dengan mempelajari ukuran bayangan dan perubahan letak bayangan tubuh kita ketika diterpa sinar Matahari, sebagaimana yang ditunjukan oleh Allah di dalam Al Qur’an Surat AL Furqaan ayat 45 yang berbunyi ;

“ Apakah kamu tidak mengamati (matahari) hasil ciptaan Tuhanmu, bagaimana Allah memanjangkan dan memendekkan ( ukuran) bayang-bayang , sekiranya Allah menghendaki tentu saja Dia dapat menyamakan ratakan (ukuran) bayang-bayang itu, maka demikianlah Kami jadikanlah bayangan itu sebagai petunjuk terhadap posisi Matahari,(Qs Al Furqaan 25:45)”.

Dari petunjuk ayat diatas , kita dapat mengambil pelajaran bahwa memanjang dan memendeknya bayangan benda disebabkan karena adanya proses dari Rotasi Bumi yang bergerak dari arah Barat ke Timur. Sekiranya Allah menghendaki tentu saja Dia mampu untuk menyamaratakan ukuran bayang-bayang itu. Kalau hal ini terjadi, maka artinya Matahari dan Bumi berada pada posisi diam tidak bergerak sehingga sinar matahari terus menerus menerpa bumi, tidak akan terjadi pergantian siang dan malam . Kalau bayangan itu dibuat sama rata oleh Allah SWT maka berarti permukaan Bumi ini berbentuk dataran luas tidak bergerak , tidak berbentuk bola dan tidak berotasi. Begitulah pentunjuk Allah yang Dia cantumkan pada Surat Al Furqaan ayat 45 diatas, supaya kita mengamati , mempelajari, memahami dan menyimpulkan akan kebesaran dan Nikmat Allah kepada Manusia yang beriman dan berilmu. Subhanallah !

Selain dari pada panjang pendeknya bayangan , masih adakah pelajaran atau petunjuk yang dapat kita petik dari keterangan ayat di atas? Apakah Allah masih memberikan petunjuk tambahan mengenai bayang-bayang tersebut? Apakah ada hubungan antara pola bayang-bayang itu dengan posisi Matahari?. Ternyata Allah masih memberi kesempatan bagi orang berpikir untuk menganalisa petunjuk Al Qur’an pada surat An Nahl ayat 48 yang berbunyi ;

“ Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan bersujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri? “.

Kembali Allah memberikan petunjuk yang tersembunyi di dalam kandungan ayat tersebut diatas untuk kita analisa. Dari keterangan ayat diatas, kita dapat mengamati bahwa posisi bayangan tidak saja panjang pendek tetapi selalu berubah ke kiri atau kekanan (kalau kita menghadap ke arah barat atau timur). Kalau kita amati lebih teliti, maka tinggi bayangan di sebelah kiri atau kanan tidak akan pernah lebih tinggi dari pada tinggi benda yang terkena sinar matahari tersebut (anggap kita berada di daerah Khatulistiwa di daerah Arab dimana Nabi Ibrahim tinggal)). Ukuran maksimal panjang bayangan benda di sebelah kiri atau di sebelah kanan adalah lebih kurang setengah dari ukuran tinggi Benda. Sekiranya tinggi bayangan Benda maksimal sama dengan tinggi benda, maka ini berarti, arah Matahari maksimal ke utara atau ke Selatan akan membentuk sebesar 45 derajat. Tetapi maksimal yang teramati oleh kita , rata-ratanya adalah lebih kurang setengah tinggi benda. Artinya arah Matahari menyinari benda itu adalah lebih kurang 22,5 derajat. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa posisi maksimal Matahari berada di bagian Utara adalah 22,5 derajat , dan maksimal ke selatan juga adalah 22,5 derajat. Anggap saja kita hidup pada zaman purbakala tetapi kita sudah mengadopsi satuan derajat busur pada zaman modern,

dimana ini hanya untuk memudahkan interprestasi dalam menterjemahkan posisi matahari tanpa menggunakan alat-alat canggih.

Mesteri di Dalam Goa

Memang kita agak kesulitan menentukan posisi matahari yang lebih teliti apabila menggunakan metode pehitungan bayangan ini. Tentunya masih ada lagi metode lain yang lebih sederhana untuk kita laksanakan sekiranya kita hidup pada zaman purba. Pertanyaannya adalah ; Apakah Allah di dalam Al Qur’an masih memberikan petunjuk yang lain lagi kepada kita untuk menganalisa posisi Matahari tersebut? Kita berharap akan dapat menentukan lebih teliti dan lebih akurat mengenai sudut berapa Matahari berada pada posisi Maksimal baik di utara maupun di selatan. Ternyata Allah memang maha Pengasih dan Maha Penyayang , Dia memberikan petunjuk tambahan lagi untuk melengkapi penentuan posisi Matahari yang lebih baik. Keterangan tersebut terdapat di dalam surat Al Kahfi ayat 17 yang berbunyi ;

“ Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong (mengarah) dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (petunjuk) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya (Al Kajfi 18:17).

Untuk menganalisa keterangan ayat diatas, ada baiknya kita mempelajari kisah ketika ayat ini di turunkan oleh Alah . Sebelumnya Allah, pada surat Al Kahfi , menceritakan tentang beberapa orang pemuda yang melarikan diri dari kejaran orang-orang kafir yang tidak mau mengikuti agama orang kafir yang menyembah berhala. Akibatnya anak-anak muda ini dikejar dan dicari untuk dibunuh. Anak-anak muda ini melarikan diri kesebuah bukit yang di dalamnya terdapat sebuah Goa yang mempunyai ruangan yang cukup luas. Lalu merekapun masuk kedalam gua itu bersama seekor anjing untuk

bersembunyi dan menyelamatkan diri dari kejaran orang-orang kafir. Setelah berada di dalam Goa, mereka segera menutup pintu masuk agar tidak diketahui tempat persembunyiannya. Ternyata di dalam Goa tersebut terdapat dua buah lubang atau celah yang dapat ditembus oleh sinar Matahari. Kedua celah itu berada pada posisi yang berseberangan di dalam Goa yang luas itu. Celah yang satu berada pada dinding goa sebelah Matahari terbit, dimana celah ini selalu dimasuki oleh sinar matahari setiap setelah waktu Fajar. Sementara celah yang satunya lagi berada di tempat matahari terbenam, dimana celah ini akan selalu dimasuki sinar Matahari sesaat sebelum Matahari itu tenggelam. Di dalam kisah tersebut, Allah menceritakan bahwa pemuda-pemuda tersebut dibuat tidur oleh Allah selama 309 tahun sehingga tubuhnya sudah menjadi kerangka. Kemudian Allah menghidupkan kembali mereka . Setelah mereka dihidupkan kembali, diantara mereka saling bertanya ; sudah berapa lamakah kamu tidur di sini? Mereka semuanya menjawab “ baru setengah hari atau paling lama sehari ! Begitulah mereka tidak mengetahui , kalau mereka sudah mati selama 309 tahun di dalam Goa itu. Sekiranya ada manusia yang melihat, tentu mereka ketakutan sekali menyaksikan kerangka manusia dan kerangka seekor anjing bertebaran di dalam Goa tersebut. Begitulah Allah menghidupkan dan membangkitkan fosil-fosil kerangka manusia ketika saat Kiamat nanti, dimana kita tidak akan pernah tahu berapa lama Allah SWT mematikan kita di dalam kubur, menjelang datangnya hari kiamat. Ayat ini juga memberikan petunjuk dan keterangan bahwa mereka tidak diinterograsi oleh malaikat setelah mereka mati, artinya siksa alam kubur itu diragukan kebenarannya, karena keterangan tersebut tidak ditemukan di dalam Al Qur’an tetapi hanya berupa hadis yang tidak jelas kebenaran sumbernya.

Kemudian diantara pemuda yang sudah hidup kembali tersebut ingin membuktikan berapa lama mereka tidur, sebab mereka merasa heran sekali melihat adanya bangkai anjing yang mereka bawa dulu di depan mulut Goa tersebut. Akhirnya dengan perasaan kuatir, salah seorang dari pemuda itu pergi keluar goa untuk membeli makanan dengan uang perak yang mereka miliki , sekalian untuk meyakinkan berapa lama mereka tertidur di dalam Goa tersebut. Ternyata pemuda itu menyaksikan pemandangan yang sangat mengherankan. Rasanya pada saat dia datang ke Goa itu, dia tidak pernah meyaksikan adanya rumah-rumah disekitar Goa itu, bahkan sekarang sudah ada rumah yang dibangun persis di atas Goa yang mereka tempati. Makin takjublah pemuda itu, lalu dia membelanjakan uang perak yang dia pegang untuk ditukar dengan makanan kepada seorang pedagang. Tetapi alangkah terkejutnya pemuda itu, ketika pedagang itu tidak mau menerima uang receh yang tidak bernilai tersebut. Pedagang itu mengatakan bahwa uang receh tersebut adalah mata uang kuno yang sudah tidak berlaku lagi. Uang receh itu hanya berlaku sekitar lima genarasi yang lalu. Betapa terkejutnya pemuda itu mendengar cerita pedagang tersebut, tetapi perasaan pemuda itu menjadi senang karena musuh yang mengejar-ngejar untuk membunuhnya sudah tidak ada lagi. Sekarang zaman sudah berganti, kerajaan sudah dipimpin oleh Raja yang bijaksana, menyembah Allah dan penduduknya aman lagi makmur. Pemuda itu menyadari bahwa dia sudah tidur berabad-abad lamanya. Kembalilah pemuda itu ke dalam Goa menemui teman-temannya sambil membawa makanan yang sudah ditukar dengan receh uang kuno sebagai kenang-kenangan bagi pedagang tadi.

Tentu saja petunjuk Allah pada surat Al Kahfi ayat 17 diatas tidak ditujukan kepada pemuda yang berada di dalam goa tersebut, karena mereka segera tertidur setelah memasuki goa tersebut dan mereka tidak memperhatikan dan mempelajari petunjuk dari Posisi Matahari yang menyinari celah di dalam goa itu.

Ayat tersebut diatas , tentu saja ditujukan kepada umat Nabi Muhammad generasi berikutnya, yaitu bagi mereka yang membaca dan memahami Al Qur’an sebagai petunjuk untuk dipelajari.

Sekarang marilah kita coba mengamati fenomena perubahan posisi Matahari di dalam Goa dimana pemuda tadi tertidur selama 309 tahun;

Posisi M5 dan M6 adalah posisi matahari ketika berada pada bidang datar (khatulistiwa), M1 dan M3 adalah posisi matahari maksimal di utara, sedangkan M2 dan M4 adalah posisi Matahari ketika berada pada keadaan maksimal di selatan. Titik A dan B , masing-masing adalah titik bayangan cahaya matahari pada dinding Goa ketika berada di sebelah Timur dan Barat, sedangkan titik C dan D masing-masing adalah titik bayangan sinar matahari di dinding gua sebelah timur dan Barat. Kita akan mendapatkan sinar matahari berada 2 kali di bidang datar yakni , 2 kali di titik P dan dua kali di titik O dalam jangka waktu setahun, tetapi hanya sekali menempuh titik A,B, C dan D. Sudut dari segitiga BOP sama dengan APO yaitu lebih kurang sebesar 22,5 derajat.

Pertanyaan-pertanyaan Penting

Pertanyaannya adalah ; “ Apa makna dari sudut 22,5 derajat tersebut dan apa pula makna dari matahari berada 2 kali pada posisi Horinzontal ( bidang equator) tersebut? Tentu saja Allah tidak menjadikan petunjuk itu dengan sia-sia. Kesimpulan apakah yang dapat kita tarik dari fenomena perubahan posisi matahari tersebut? Apakah ada ayat di dalam Al Qur’an yang menjelaskan posisi-posisi matahari yang selalu berubah-rubah tempat terbit dan tenggelamnya? Dan apakah di dalam Al Qur’an ada juga keterangan yang menjelaskan tentang posisi matahari yang dua (2) kali berada pada bidang horizontal (equator) baik di timur maupun di barat? Apakah maksud Allah menentang manusia utuk memikirkan tanda-tanda ciptaanNYA itu? Kenapa Allah tidak berterus terang saja menyampaikannya dengan kata-kata tegas yang dapat diterima oleh ilmuwan abad sekarang?

Untuk itu marilah kita periksa ayat-ayat Al Qur’an yang memberi petunjuk tentang posisi matahari yang selalu berubah-rubah tempat terbit dan tenggelamnya. Keterangan ini terdapat pada surat Al Ma’aarij ayat 40 yang berbunyi ;

“ Maka Aku bersumpah (demi) NamaKu, yang mengatur tempat-tempat terbit dan tempat-tempat terbenamnya matahari, bulan , planet serta bintang-bintang ; Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa (QS Al Ma’aarij 70:40)”.

Keterangan Ayat surat Al Ma’aarij ini diperkuat lagi dengan surat Ash Shaaffaat Ayat 5 yang berbunyi ;

Tuhan nya langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan nya tempat-tempat terbit matahari.

Ayat diatas merupakan petunjuk bahwa Matahari mempunyai tempat -tempat terbit dan tenggelam pada posisi yang berbeda-beda , sesuai dari hasil pengamatan kita diatas. Bahkan kalau kita mengamati lebih jauh lagi, maka ternyata bulan , bintang-bintang terbit dan tenggelam sesuai dengan perubahan arah posisi matahari itu. Suatu kenyataan yang bersesuaian antara bukti dengan penjelasan kitab suciNYa. Artinya penjelasan Al Qur’an bersesuaian dengan hasil pengamatan sain.

Menganai tempat terbit matahari yang 2 kali berada di bidang horizontal, apakah Al Qur’an menerangkan dan memberikan pejelasan juga? Untuk itu marilah kita baca keterangan Allah pada surat Ar Rahman ayat 17 sebagai petunjuk , yang berbunyi ;

“ Tuhan lah yang memelihara dua kali tempat matahari terbit dan Tuhan juga yang memelihara dua kali tempat terbenamnya (QS Ar Rahman 55:17)”.

Ternyata dengan gaya bahasa Al Qur’an yang spesial dan rumit, akan terungkaplah bahwa Allah SWT sudah menerangkan tentang posisi matahari yang berada 2 kali pada bidang Horizontal(equator). Dan ini merupakan petunjuk yang bermakna yang diberikan Allah supaya kita dapat memahami dalam berkahNYA. Maka Maha Benar Allah dengan seluruh FirmanNYA. Subhanallah !

Telah kita buktikan secara ilmiah dan juga dari keterangan Al Qur’an bahwa posisi matahari yang selalu berubah-ubah yaitu maksimal ke utara dan ke selatan. Pertanyaannya adalah ; Apakah makna dari matahari yang bergerak ke utara dan selatan? Apakah ini disebabkan oleh posisi bumi yang bergerak naik turun terhadap Matahari?

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, sebaiknya kita mencari jawaban dari pertanyaan ; “ Apakah Bumi yang berotasi pada porosnya tersebut juga melakukan gerak mengililingi (mengorbit) Matahari? Apakah ada Ayat-ayat di dalamAl Qur’an yang dapat memberi petunjuk bahwa Bumi mengitari matahari?

Mencari Petunjuk Lain

Sebelum menjawab pertanyaan diatas,marilah kita membahas beberapa ayat Al Qur’an yang dapat memberikan petunjuk tentang peredaran, perhitungan waktu dan hubungan antara Bumi, bulan, Matahari , planet dan bintang-bintang. Pada surat Al An’ aam ayat 96 berbunyi ;

ا لإ

“Dia menyingsingkan (fajar) di pagi hari dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari serta bulan itu untuk perhitungan (waktu). Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (qs Al An’aam 6:96)”.

Keterangan Al Qur’an diatas memberikan petunjuk kepada kita bahwa sitim perhitungan tahun dapat juga dilakukan berasarkan perbedaan posisi matahari dan juga berdasarkan perhitungan bentuk-bentuk cahaya bulan. Kalau kita hitung jarak waktu perbedaan posisi matahari dari tempat terbenamnya paling utara ke paling selatan, seperti yang kita lakukan di dalam Goa diatas, maka jumlah harinya adalah sekitar 183 hari. Dan sebaliknya kalau kita ambil posisi matahari dari tengah kembali ketengah (equator) , maka berjarak sekitar 183 hari juga. Maka satu siklus perpindahan posisi matahari , yaitu dari utara ke selatan dan kembali lagi ke utara, dibutuhkan waktu sekitar 366 hari. Satu siklus perubahan posisi Matahari ini dapat juga kita gunakan sebagai dasar perhitungan jumlah hari dalam setahun. Ternyata Allah tidak membatasi kita untuk memakai satu sistim penanggalan , artinya kita boleh menggunakan system Masehi atau Hijriah. Kalau kita hitung dengan seksama perbedaan sistim Masehi dan Hijriah, maka terdapat perbedaan jumlah hari dalam setahun sebanyak 11 sampai 12 hari. Jumlah hari berdasarkan hitungan Masehi adalah 366 sedangkan bedasarkan Hijriah 354 hari.

Sistim penanggalan Hijriah adalah berdasarkan rotasi bulan mengitari Bumi yang ditandai oleh perubahan bentuk-bentuk cahaya bulan. Sedangkan sistim penanggalan Masehi adalah berdasarkan perbedaan tempat-tempat terbenam dan dan terbitnya matahari atau berdasarkan perbedaan musim, karena sistim penanggalan masehi secara langsung menghasilkan perbedaan musim . Jika matahari berada paling Selatan,maka terjadi musim dingin di Utara, sebaliknya jika matahari maksimal di Utara maka akan terjadi musim dingin di Selatan. Sedangkan di daerah equator hanya mengenal 2 musim

yaitu musim hujan atau musim panas. Jadi secara tidak langsung penanggalan Masehi bemamfaat untuk daerah yang mempunyai 4 musim (dingin, panas, semi dan gugur). Sedangkan sistim penanggalan berdasarkan perhitungan bulan (hijriah) lebih cocok untuk daerah khatulistiwa atau equator. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah ; apakah perubahan posisi matahari tersebut diatas memberikan petunjuk bahwa Bumi juga merotasi matahari? Kalau bumi juga mengelilingi matahari, lalu kenapa matahari seolah-olah selalu bergerak ke utara dan selatan?

Petunjuk itu ada dalam AL Qur’an

Marilah kita mencoba membaca petunjuk Allah dalam Al Qur’an pada surat Al Anbiya’ ayat 33 yang berbunyi ;

“ Dan Dialah yang telah menggilirkan malam dan siang, dan menciptakan juga matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya beredar di dalam garis edarnya (orbitnya).(qs al An Biyaa’ 21:33)”

Kalau kita analisa petunjuk dari ayat diatas, terdapat 3 unsur ciptaan Allah , yaitu yang mengalami pergiliran siang dan malam (bumi) , bulan dan Matahari. Dua dari ke tiga unsur ciptaan Allah tersebut mengalami peredaran menurut cara yang telah ditetapkan oleh Allah pada lintasannya. Tentu saja yang dimaksud dengan 2 unsur tersebut adalah Bumi dan Bulan yang bersama-sama mengorbit , sedangkan unsur ke ketiga yaitu Matahari. Artinya Bumi dan Bulan secara bersama-sama mengorbit Matahari pada garis edarnya. Kalimat yang tertulis pada ayat diatas “ Masing-masing dari keduanya” , adalah unsur bumi dan Bulan, dimana ketika Bulan sedang mengorbit Bumi, mereka secara bersama-sama ikut mengorbit Matahari. Jadi Allah di dalam Al Qur’an sudah memberikan petunjuk kepada kita bahwa Bumi mengelilingi matahari. Pembuktian selanjutnya tergantung kepada metode apa yang akan kita gunakan untuk mengamatinya dan melakukan perhitungan-perhitungan yang lebih akurat . Hasil yang terbaik tergantung kepada metode yang digunakan, ketelitian alat serta kemampuan manusia dalam berhitung dan mengambil kesimpulan. Ini adalah masaalah teknologi manusia sesuai dengan perkembangan zaman dari waktu ke waktu.

Untuk membuktikan bahwa Bumi mengelilingi matahari, yang sekarang lebih dikenal dengan istilah revolusi Bumi terhadap Matahari, maka kita tidak dapat berpatokan hanya kepada perubahan cahaya bulan, pergerakan posisi Matahari di Utara atau Di Selatan. Untuk itu kita memerlukan petujuk lain untuk membuat kesimpulan dari pembuktian ilmiah.

Untuk itu, marilah kita kembali mencari petunjuk Allah yang mungkin masih terdapat di dalam Al Qur’an. Marilah kita baca petunjuk pada surat Al A’raaf ayat 54 yang berbunyi ;

“ Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan Dia menciptakan pula Matahari, Bulan dan Bintang-bintang, masing-masingnya taat kepada aturan yang telah di tetapkanNYA. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah milik Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam ( qs Al A’raaf 7:54).

Dari keterangan ayat diatas , kita mendapat petunjuk tambahan yaitu adanya Bintang-bintang yang juga melakukan peredaran menurut ketentuan Allah. Jadi untuk membuktikan adanya Revolusi Bumi mengitari Matahari kita membutuhkan petunjuk dari pergerakan bintang-bintang. Bintang-bintang yang bagaimanakah yang dapat dijadikan petunjuk untuk membuktikan adanya revolusi Bumi?

Kalau kita baca keterangan Al Qur’an pada surat AL Furqaan ayat 61 yang berbunyi ;

“ Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga dilangit itu matahari dan bulan yang bercahaya.( QS Al Furqaan 25:61) “.

Gugusan-gugusan Bintang yang dimaksud oleh ayat ini adalah kumpulan bintang yang dikenal dengan istilah Galaxy pada saat ini. Matahari kita termasuk anggota dari bintang-bintang yang bergabung membentuk gugusan bintang yang disebut dengan Bima sakti atau Milky Way. Tentu saja keterangan ayat diatas belum dapat memberi petunjuk tambahan untuk membuktikan teori revolusi Bumi. Untuk itu marilah kita cari lagi ayat Al Qur’an yang lain yang terdapat pada surat Al Fushshilat ayat 12 yang berbunyi ;

“ Dan Dia menyerukan pada masing-masing langit suatu urusan yang telah ditetapkanNya. Dan Kami hiasi (adakan) pada langit terdekat dengan bintang-bintang yang bercahaya terang dan Kami yang paling baik memeliharanya (mengaturnya). Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui ( QS Al Fushshilat 41:12)”.

Keterangan ayat diatas dapat kita jadikan sebagai petunjuk tambahan untuk mengamati terjadinya revolusi Bumi terhadap matahari. Ayat 12 surat Al Fushshilat diatas memberikan petunjuk kepada kita bahwa pada lapisan langit terdekat terdapat bintang-bintang yang bercahaya terang. Bintang bercahaya terang yang akan kita ambil sebagai objek adalah bintang Timur yang sering kelihatan di sebelah timur pada saat matahari belum terbit atau saat sebelum fajar. Bintang Timur ini sering juga disebut Bintang Kejora atau bintang berjalan, karena bintang ini juga muncul di sebelah barat ketika Matahari sudah tenggelam (sunset). Sekarang Bintang ini sudah diberi nama dengan Venus.

Misteri itu Mulai Terkuak

Beberapa petunjuk sudah diberikan Allah, sekarang kita harus dapat memecahkan teka-teki tersebut di atas. Kita harus dapat menyimpulkannya, kita harus memutar otak dengan mempelajari berbagai fenomena alam. Manusia ditantang oleh Allah untuk memikirkannya baik diwaktu siang, malam, diwaktu tidur, ketika berdiri atau dikala duduk-duduk sesuai dengan keterangan Allah pada surat Ali Imran ayat 190 – 191 ;

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal 190, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS Ali Imran 190-191)”.

Apabila kita mempunyai teropong (teleskop) yang lebih baik yang dilengkapi dengan Filter cahaya yang dapat memisahkan cahaya Matahari dan cahaya Bintang ketika siang hari, maka kita akan menyaksikan bahwa cahaya pada permukaan Venus akan selalu berubah-ubah seperti halnya ketika kita mengamati cahaya bulan. Pada suatu saat, Venus bercahaya terang seperti purnama, tetapi dilain waktu bercahaya redup seperti bulan sabit dan bahkan pada suatu saat tidak bercahaya sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa Venus sama seperti bulan yang tidak menghasilkan cahaya tetapi memantulkan cahaya dari sinar Matahari. Kalau kita amati perubahan bentuk cahaya venus dari waktu kewaktu selama setahun, maka jarak purnama venus ke purnama venus berikutnya membutuhkan waktu yang bervariasi tergantung kepada waktu pengamatan dan sudut pandang kita terhadap bumi-venus-matahari. Setelah menghubungankan bentuk-bentuk cahaya di permukaan Venus setiap saat dan pada saat yang sama membandingkannya dengan bentuk-bentuk cahaya bulan , kemudian menggambarkan setiap perubahan posisi relative antara Bumi-matahari-Venus, posisi Bumi-Bulan-Matahari, dan juga posisi

dari Bumi-Bulan-Venus-Matahari, maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa Bumi dan Venus sama-sama mengelilingi Matahari. Dimana Venus mengeliling Matahari selama 220 hari sedangkan Bumi mengeliling Matahari selama 366 hari. Fenomena tersebut berhasil dipelajari dan disimpulkan oleh Galileo dengan teleskop buatannya pada tahun 1609 ( sepuluh abad setelah Al Qur’an diturunkan). Namun Galileo yang terlalu bangga dengan hasil penemuannya kemudian menentang pihak otoritas Gereja katolik. Galileo menentang Paham Geocentris yang dianut oleh otoritas Gereja Katolik yang menyatakan bahwa Bumi merupakan pusat Alam Semesta. Galileo telah melakukan perbuatan menentang ,mempermalukan dan menghina pihak Gereja dengan teori barunya “Heliocentris” yang mengangggap bahwa Mataharilah sebagai Pusat alam Semesta bukan Bumi. Akhirnya Galileo dijatuhkan hukuman tahanan rumah seumur hidup dengan tuduhan telah menghina dan mencemarkan nama baik Gereja. Tetapi teori Heliocentri dari Gaolileo juga tidak bertahan lama, karena ternyata sekarang terbukti bahwa Matahari hanya berlaku sebagai pusat orbit dari sistim Tatasurya, bukan alam semesta.

Beginilah Kejadiannya

Sekarang marilah kita mambahas pertanyaan ; Kenapa posisi matahari dapat berada di Utara dan selatan? Dan kenapa setiap perubahan tempat matahari itu diikuti oleh perubahan musim?

Seandainya orbit bumi mengitari matahari membentuk bidang datar, sedangkan arah sumbu rotasi bumi tegak lurus terhadap bidang datar tersebut, maka tidak mungkin terjadi perubahan tempat-tempat terbit dan terbenamnya matahari. Karena matahari akan menyinari bumi dari satu arah horizontal sehingga bayang-bayang akan selalu berukuran sama sepanjang tahun.

Revolusi bidang datar dengan sumbu rotasi bumi tegak urus

Tetapi kenyataannya bukan begitu, dimana matahari terlihat seolah-olah naik turun ke utara dan ke selatan yang di ikuti oleh perubahan arah bayang-bayang. Bisa saja kita berasumsi bahwa bumi lah yang bergerak naik turun selama melakukan orbit mengelilingi Matahari. Tetapi itupun tidak mungkin karena akan terjadi tempat terbit matahari sebanyak 4 kali di daerah equator selama satu tahun bukan 2 kali. Sekiranya orbit bumi tidak membentuk bidang datar tetapi berbentuk lambung perahu , dimana 2 titik tertinggi berada di kedua ujungnya, maka itupun tidak mungkin karena akan menyebabkan posisi Matahari akan berada 2 kali di daerah utara atau sebaliknya 2 kali di sebelah selatan.

Jadi yang paling mungkin adalah bahwa posisi poros rotasi bumi terhadap Matahari bukan tegak lurus, tetapi membentuk sudut. Besarnya sudut miring dari poros rotasi bumi terhadap matahari kira-kira sama besarnya dengan hasil pengamatan yang kita lakukan di dalam Goa dimana pemuda mati tertidur tadi yaitu sekitar 22 – 25 derajat.

Dari hasil pengamatan yang lebih seksama dengan alat-alat yang lebih canggih saat ini, menunjukkan bahwa sudut poros bumi adalah sebesar 23,5 derajat. Dengan adanya sudut miring dari bumi inilah kita dapat mengerti kenapa posisi matahari seolah-olah selalu bolak-balik bergerak ke utara dan k e selatan. Itulah sebabnya kenapa terdapat 2 kali posisi matahari berada di daerah khatulistiwa seperti yang terlihat pada gambar berikut ini ;

Pertanyaan selanjutnya adalah ; Kearah manakah gerakan Bumi ketika mengeliling Matahari? Bagaimana cara yang paling sederhana untuk menyimpulkannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kembali kita menggunakan petunjuk Allah pada surat Al Fushshilat ayat 12 diatas dimana Allah telah menghiasi (mengadakan) Venus sebagai “ Bintang terdekat” yang bercahaya terang. Perhatikanlah pada suatu saat ketika “ Bintang terdekat” ini muncul diwaktu fajar yaitu sebelum Matahari terbit atau sekitar jam 4.00 pagi. Amati terus “ Bintang terdekat “ ini beberapa hari hingga beberapa bulan kemudian. Amatilah posisi-posisi Venus ini terhadap Matahari. Pada suatu saat kita saksikan “Bintang terdekat “ ini menjauhi Matahari, tetapi bebarapa hari berikutnya dia mulai berbalik arah untuk mendekati Matahari dan akhirnya hilang dibalik sinar Matahari. Artinya “ Bintang terdekat “ ini bergerak ke arah timur. Pertanyaannya adalah kenapa kita harus mengamati ketika waktu Fajar? Kenapa tidak malam hari saja? Tentu saja “ Bintang terdekat “ ini tdak dapat diamati dengan mata telanjang pada waktu siang hari atau pada waktu Matahari sepenggalahan naik, karena sinar yang di pancarkan oleh “ bintang terdekat “ ini kalah kuat dibandingkan dengan cahaya matahari. Sementara itu kita tidak dapat mengamati bintang terdekat ini di waktu malam hari karena dia baru terlihat ketika Fajar akan menyingsing, kecuali ketika Matahari sudah terbenam diwaktu magrib. Hal ini berarti juga bahwa posisi “ Bintang terdekat “ ini berada lebih dekat ke arah Matahari dibandingkan dengan bumi.

Waktu fajar merupakan saat-saat yang paling istimewa untuk mengamati Bintang-bintang , sehingga Allah di dalam Al Qur’an memberikan petunjuk dan bersedia bersumpah demi waktu fajar ini ; seperti dalam surat Al Takwir ayat 15-18 dan di dalam surat Al Fajr ayat 1 yang berbunyi ;

“Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang 15, yang beredar dan terbenam16, demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya 17, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,( Qs Al Takwir 81:18)”

“dan malam bila berlalu4. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal (QS Al Fajr 89: 4-5) “.

Pada saat “Bintang terdekat “ hilang dibalik Matahari diwaktu setelah fajar , kemudian tunggu beberapa hari kemudian dan alihkan pengamatan pada waktu Matahari tenggelam (Sunset). “ Bintang terdekat “ ini akan terlihat lagi setelah dikumandangkannya shalat magrib hingga mencapai shalat Isya. Perhatikanlah bahwa “ Bintang terdekat “ atau Venus ini akan bergerak menjauhi dan kemudian akan mendekati Matahari lagi dan akhirnya akan muncul sebagai titik hitam di depan Matahari (bila terjadi gerhana Venus). Akhirnya Venus ini akan bergerak melewati Matahari kesebelah barat. Beberapa hari kemudian lanjutkan lagi pengamatan, tetapi pada waktu Fajar. Hal yang sama akan berulang kembali seperti pengamatan awal. Amati juga ukuran venus ketika dia mendekati Matahari di waktu magrib ini . Dimana Venus akan berukuran lebih besar dibandingkan ketika waktu fajar, karena diwaktu magrib, venus lebih dekat kearah Bumi. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut ;

Jadi dapat disimpulkan bahwa “ Bintang terdekat “ yang kita sebut dengan nama ” Venus ” itu selalu bergerak kearah timur searah dengan rotasi bumi dan searah juga dengan orbit bulan mengelilingi Bumi. Untuk memudahkan pengertian , marilah kita bayangkan kejadian ketika jemaah Haji sedang menunaikan ibadah Tawaf mengelilingi Ka’bah.

Sedangkan untuk mempelajari arah pergerakan bumi mengorbit matahari, kita tentu tidak dapat menyimpulkannya dari arah pergerakkan Venus, tetapi kita harus mempelajari fenomena bintang dengan cara yang lain. Untuk itu amatilah sebuah bintang terdekat yang lain diwaktu subuh yang berada di bagian utara bumi, dengan catatan bintang ini tidak bergerak mengikuti matahari (bukan planet tatasurya). Amati dan tandailah posisi bintang tersebut dengan menggunakan teleskop pada posisi-posisi ektrim yaitu di bulan Desember-Maret-Juni-September. Buatlah pola pergerakan bintang tersebut terhadap posisi bintang-bintang yang terdekat dengannya (sebagai latarbelakang).

Maka kita akan menyasikan bahwa bintang tersebut akan bergerak seperti gambar berikut ;

Dari gambar diatas kita dapat menyaksikan bahwa seolah-olah bintang tersebut bergerak kearah kiri (seperti gambar kanan), yang menunjukkan bahwa gerak ini searah dengan pergerakan Bumi terhadap matahari. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa bumi bergerak mengorbit matahari kearah kiri. Untuk memudahkan kita , bayangkanlah bumi bergerak mengelilingi matahari sebagaimana kita menyaksikan para jemaah Haji melaksanakan ibadah Tawaf mengelilingi Ka’bah. Begitulah ketetapan Allah yang tidak bisa diubah oleh siapapun baik terhadap fenomena alam maupun terhadap hukum-hukum yang sudah di tetapkanNYA. Allahuakbar.

Allah Arsitek Semesta Alam Terhebat

Ternyata hanya dengan memutar sudut poros Bumi sebesar 23,5 derajat saja, Allah telah dapat membagi musim dan cuaca di seluruh belahan Bumi secara adil dan merata. Terbuktilah bahwa Allah adalah “ Arsitek ” dari Alam semesta yang sangat hebat. Kelihatannya sederhana, tatapi hasilnya sangat luar biasa. Allahuakkbar, Maha Hebat Allah dengan segala citptaanNYA. Padahal keterangan ini sudah ada di dalam Al Qur’an sejak 14 abad yang lalu, namun pembuktiannya baru 14 abad kemudian. Memang manusia perlu waktu yang lama untuk belajar dan memahaminya hasil ciptaan Allah, tetapi sangat sedikit dari manusia itu yang bersyukur akan nikmat yang telah diberikan oleh Allah tersebut.

Semoga tulisan ini dapat mengetuk hati kita untuk menerima semua kebenaran ayat-ayat Allah yang tercantum di dalam Al Qur’an . Maha Benar Allah dengan Segala FirmanNYA.

0 komentar:

Posting Komentar